Friday, October 3, 2014

Quality Control

Quality Control




Banyak definisi kualitas yang disampaikan oleh para ahli kualitas maupun organisasi-organisasi ternama dunia. Berdasarkan ISO-9000 mutu didefinisikan sebagai ciri dan karakter menyeluruh dari suatu produk atau jasa yang mempengaruhi kemampuan produk tersebut untuk memuaskan kebutuhan tertentu. Hal ini berarti bahwa kita harus dapat mengidentifikasikan ciri dan karakter produk yang berhubungan dengan mutu dan kemudian membuat suatu dasar tolak ukur dan cara pengendaliannya. Definisi ini  sangat menekankan pada unsur kepuasan konsumen. Misalnya dalam pembangunan sebuah gedung, kepuasan konsumen terlihat dari keawetan bahan bangunan, keindahan, kekuatan bangunan, dsb.
Banyak ahli mutu yang berpendapat tentang arti kualitas. Menurut W. Edwards Deming mutu berarti pemecahan masalah untuk mencapai penyempurnaan terus-menerus.  Kemudian Joseph M. Juran menjelaskan mutu merupakan kesesuaian dengan penggunaan. Selain itu, K. Ishikawa berpendapat bahwa mutu berarti kepuasan pelanggan. Dengan demikian, setiap bagian dari proses dalam oraganisasi memiliki pelanggan. Kepuasan pelanggan internal akan menyebabkan kepuasan pelanggan organisasi.
Mutu berkembang dari zaman ke zaman. Proses perkembangan menuju era mutu merupakan proses yang cukup panjang dengan melewati berbagai pengalaman dan bermacam-macam pendekatan metode. Pertama Era Tanpa Mutu (sebelum abad 18) Produk yang dibuat tidak memperhatikan mutu. Harga merupakan faktor utama dalam memenangkan persaingan. Kedua Era Inspeksi yaitu  menunjukan mutu hanya melekat pada produk akhir, dilakukanya inspeksi jika produk itu gagal. Ketiga Era Statistical Quality Control. Di era ini departemen inspeksi sudah dapat mendeteksi adanya penyimpangan yang terjadi selama proses produksi sehingga produk yang dihasilkan bisa lebih baik. Keempat Era Quality Assurace. Di era ini, konsep mutu mengalami perluasan, kualitas mulai diperhitungkan dalam produksi maupun output-nya. Dan kelima yaitu Era Strategic Quality Management /Total Quality Management.  Dalam era ini keterlibatan manajemen  sangat besar dalam menjadikan kualitas sebagai modal untuk untuk perusahaan siap bersaing dengan kompetitor. Melihat berbagai perkembangan kualitas, sekarang ini dapat dikatakan semua produk didalam pasaran telah memiliki kualitasnya masing-masing.

Garvin (seorang pakar mutu) menyatakan ada beberapa dimensi kualitas produk didalam suatu produk. Dimensi kualitas produk  tersebut terdiri atas kinerja, daya tahan, kesesuaian dengan spesifikasi, fitur, reabilitas, estetika, dan kesan kualitas. Apabila perusahaan ingin mempertahankan keunggulan kompetitifnya dalam pasar, perusahaan harus mengerti aspek dimensi apa saja yang dibutuhkan oleh konsumen untuk membedakan produk yang dijual perusahaan tersebut dengan produk pesaing. Hal itu dikarenakan kualitas produk merupakan incaran setiap konsumen dalam menentukan pilihan. Sebagai contoh, produk sony telah mendapat pengakuan sebagai produk terbaik di tahun 2000 dan 2001 hal ini tentu saja dikarenakan kepuasan konsumen terhadap kualitas produk yang sangat baik oleh sony.
            Problem of quality (masalah kualitas) dipecahkan  bersama melalui manajemen dan karyaman agar produk mencapai kualitas maksimal, oleh karena itu diperlukan sebuah strategi. Seorang ahli pengendalian kualitas statistik dari Jepang, Kaoru Ishikawa, memperkenalkan alat-alat statistik. Alat-alat statistik ini kemudian dikenal dengan nama 7 Tools yang dirancang sederhana agar dapat dipakai siapa saja. 7 tools ini terdiri dari Check sheet, Scatter Diagram, Fishbone Diagram, Pareto charts, Histogram dan Control charts. Selain penggunan 7 tools, pemecahan persoalan kualitas bisa dilakukan dengan “measurement starts with data collection” yaitu dengan menganalisis masalah dari hasil pengupulan data.
Konsumen akan merasa puas apabila masalah dan persoalan yang dialami produsen dalam menghasilkan produk yang berkualitas telah terselesaikan. Kepuasan konsumen sendiri diartikan sebagai suatu keadaan dimana harapan konsumen terhadap suatu produk sesuai dengan kenyataan yang diterima oleh konsumen tersebut tentang kemampuan produk tersebut. Jika produk tersebut jauh dibawah harapan konsumen maka ia akan kecewa. Sebaliknya jika produk tersebut memenuhi harapan konsumen, maka ia akan senang.
 

No comments:

Post a Comment