Quality Control
Banyak definisi kualitas yang
disampaikan oleh para ahli kualitas maupun organisasi-organisasi ternama dunia.
Berdasarkan ISO-9000 mutu didefinisikan sebagai ciri dan karakter menyeluruh
dari suatu produk atau jasa yang mempengaruhi kemampuan produk tersebut untuk
memuaskan kebutuhan tertentu. Hal ini berarti bahwa kita harus dapat
mengidentifikasikan ciri dan karakter produk yang berhubungan dengan mutu dan kemudian
membuat suatu dasar tolak ukur dan cara pengendaliannya. Definisi ini sangat menekankan pada unsur kepuasan
konsumen. Misalnya dalam pembangunan sebuah gedung, kepuasan konsumen terlihat
dari keawetan bahan bangunan, keindahan, kekuatan bangunan, dsb.
Banyak ahli mutu yang berpendapat
tentang arti kualitas. Menurut W. Edwards Deming mutu berarti pemecahan masalah
untuk mencapai penyempurnaan terus-menerus.
Kemudian Joseph M. Juran menjelaskan mutu merupakan kesesuaian dengan
penggunaan. Selain itu, K. Ishikawa berpendapat bahwa mutu berarti kepuasan
pelanggan. Dengan demikian, setiap bagian dari proses dalam oraganisasi
memiliki pelanggan. Kepuasan pelanggan internal akan menyebabkan kepuasan
pelanggan organisasi.
Mutu berkembang dari zaman ke zaman. Proses perkembangan
menuju era mutu merupakan proses yang cukup panjang dengan melewati berbagai pengalaman
dan bermacam-macam pendekatan metode. Pertama Era Tanpa Mutu (sebelum abad 18)
Produk yang dibuat tidak memperhatikan mutu. Harga merupakan faktor utama dalam
memenangkan persaingan. Kedua Era Inspeksi yaitu menunjukan mutu hanya melekat pada produk
akhir, dilakukanya inspeksi jika produk itu gagal. Ketiga Era Statistical
Quality Control. Di era ini departemen inspeksi sudah dapat mendeteksi adanya
penyimpangan yang terjadi selama proses produksi sehingga produk yang
dihasilkan bisa lebih baik. Keempat Era Quality Assurace. Di era ini, konsep
mutu mengalami perluasan, kualitas mulai diperhitungkan dalam produksi maupun output-nya. Dan kelima yaitu Era Strategic Quality Management
/Total Quality Management. Dalam era ini
keterlibatan manajemen sangat besar
dalam menjadikan kualitas sebagai modal untuk untuk perusahaan siap bersaing
dengan kompetitor. Melihat berbagai perkembangan kualitas, sekarang ini dapat
dikatakan semua produk didalam pasaran telah memiliki kualitasnya
masing-masing.
Garvin
(seorang pakar mutu) menyatakan ada beberapa dimensi kualitas produk didalam
suatu produk. Dimensi kualitas produk tersebut terdiri atas kinerja, daya tahan,
kesesuaian dengan spesifikasi, fitur, reabilitas, estetika, dan kesan kualitas.
Apabila perusahaan ingin mempertahankan keunggulan kompetitifnya dalam pasar,
perusahaan harus mengerti aspek dimensi apa saja yang dibutuhkan oleh konsumen
untuk membedakan produk yang dijual perusahaan tersebut dengan produk pesaing.
Hal itu dikarenakan kualitas produk merupakan incaran setiap konsumen dalam
menentukan pilihan. Sebagai contoh, produk sony
telah mendapat pengakuan sebagai produk terbaik di tahun 2000 dan 2001 hal
ini tentu saja dikarenakan kepuasan konsumen terhadap kualitas produk yang
sangat baik oleh sony.
Problem
of quality (masalah kualitas) dipecahkan bersama melalui manajemen dan karyaman agar produk
mencapai kualitas maksimal, oleh karena itu diperlukan sebuah strategi. Seorang
ahli pengendalian kualitas statistik dari Jepang, Kaoru Ishikawa, memperkenalkan
alat-alat statistik. Alat-alat statistik ini kemudian dikenal dengan nama 7 Tools yang dirancang sederhana
agar dapat dipakai siapa saja. 7 tools ini terdiri dari Check sheet, Scatter
Diagram, Fishbone Diagram, Pareto charts, Histogram dan Control charts. Selain
penggunan 7 tools, pemecahan persoalan kualitas bisa dilakukan dengan “measurement starts with data collection”
yaitu dengan menganalisis masalah dari hasil pengupulan data.
Konsumen akan merasa puas apabila masalah dan persoalan
yang dialami produsen dalam menghasilkan produk yang berkualitas telah terselesaikan.
Kepuasan konsumen sendiri diartikan sebagai suatu keadaan dimana harapan
konsumen terhadap suatu produk sesuai dengan kenyataan yang diterima oleh
konsumen tersebut tentang kemampuan produk tersebut. Jika produk tersebut jauh
dibawah harapan konsumen maka ia akan kecewa. Sebaliknya jika produk tersebut
memenuhi harapan konsumen, maka ia akan senang.
No comments:
Post a Comment