Penyajian
dan Penganalisisan Data
Tabel 1 :
Kriteria cacat kertas dari bulan Januari-Mei 2014
Tabel diatas menunjukan kriteria cacat
pada produksi kertas mulai bulan Januari hingga Mei 2014. Berdasarkan hasil
pengamatan yang telah dilakukan, maka didapatkan jenis-jenis kegagalan yang
sering terjadi dalam kurun waktu pengamatan. Kriteria tersebut dapat
dikelompokkan menjadi 7 kriteria cacat yaitu hasil cetakan kotor, warna cetakan
kurang cerah, huruf cetakan kurang jelas, cetakan kurang simetris, terjadi
kerutan kertas dan potongan kertas tidak rapi. Dari total 227.233 lembar kertas
yang diproduksi, ada 6.119 lembar kertas yang mengalami gagal produksi. Setiap
bulannya kriteria cacat yang ada
mengalami penaikan dan penurunan. Penaikan
dan penurunan ini bersifat relatif stabil setiap bualannya.
Berdasarkan data diatas pada bulan
Januari dari 48.390 kertas yang diproduksi terdapat 1.590 kertas yang mengalami
kerusakan atau cacat. Kriteria cacat cetakan kotor terjadi sebanyak 197 lembar.
Pada warna cetakan kurang cerah terjadi sebanyak 256 lembar. Kegagalan ini
merupakan yang paling dominan di bulan Januari. Selanjutnya pada huruf cetakan
kurang jelas terjadi 242 lembar sedangkan gambar cetakan kurang jelas
sebanyak 238 lembar. Cetakan yang kurang
simetris juga menjadi masalah yaitu terjadi sebanyak 249 lembar. Kemudian ada
169 lembar kertas yang mengalami kerutan. Kriteria cacat ini merupakan yang
terkecil dalam bulan ini. Dan kriteria terakhir adalah potongan kertas kurang
rapi yaitu terjadi pada 239 lembar
kertas.
Dibulan berikutnya tingkat kegagalan
mulai menurun. Dari 42.078 lembar yang diproduksi, ada 1.278 lembar kertas
gagal produksi. Pada bulan Febuari ini, Kriteria cacat cetakan kotor terjadi
berkurang sehingga menjadi 170 lembar. Kesalahan lainnya juga berkurang seperti
kesalahan pada warna cetakan yang kurang juga berkurang menjadi 228 lembar.
Kriteria cacat seperti huruf cetakan kurang jelas dan kurang simetris tidak
jauh berbeda yaitu 218 lembar dan 215 lembar. Sedangkan untuk cetakan yang
kurang jelas masih cukup tinggi yaitu 221 lembar. Pada bulan febuari cacat terbanyak
masih terjadi pada kriteria warna cetakan kurang cerah. Jika di bandingkan
dengan data bulan januari, pada bulan Febuari semua kriteria cacat mengalami
penurunan.
Pada bulan Maret kriteria cacat paling
dominan terjadi pada kriteria gambar cetakan kurang jelas. Sedangkan yang
paling sedikit masih tetap seperti
bulan-bulan sebelumnya yaitu kriteria kerutan kertas. Di bulan maret Kriteria
cacat kembali mengalami peningkatan sehingga kriteria cacat cetakan kotor terjadi sebanyak 173
lembar. Pada warna cetakan kurang cerah terjadi sebanyak 220 lembar.
Selanjutnya pada huruf cetakan kurang jelas terjadi 225 lembar. Pada gambar
cetakan kurang jelas sebanyak 231
lembar. Cetakan yang kurang simetris terjadi sebanyak 230 lembar. Adanya
kerutan kertas terjadi pada 115 lembar kertas. Dan kriteria terakhir adalah
potongan kertas kurang rapi yaitu terjadi pada
123 lembar kertas. Sehingga di
bulan ini ada 1.317 lembar kertas yang gagal dari 43.313 lembar.
Apabila dibandingkan dengan bulan
sebelumnya, bulan April semua kriteria
mengalami peningkatan. Ada 1.496 lembar
kertas yang gagal sehingga kriteria cacat
kembali didominasi oleh warna cetakan kurang cerah yaitu sebanyak 246
lembar. Sedangkan kriteria terendah masih tetap pada kerutan kertas yaitu 138
kertas. Di bulan April kriteria cacat
cetakan kotor terjadi sebanyak 204
lembar. Huruf cetakan kurang jelas terjadi 238 lembar. Pada gambar
cetakan kurang jelas sebanyak 230
lembar. Cetakan yang kurang simetris terjadi sebanyak 242 lembar. Dan kriteria
terakhir adalah potongan kertas kurang rapi yaitu terjadi pada 198 lembar kertas.
Di akhir penelitian pada bulan Mei
dari 47.338 lembar yang diproduksi terdapat 1.438 lembar mengalami cacat
produksi. Apabila dibandingkan dengan sebelumnya, tingkat kegagalan mengalami
penurunan. Kriteria cacat cetakan kotor terjadi sebanyak 206 lembar. Pada warna cetakan kurang cerah
terjadi sebanyak 237 lembar. Selanjutnya pada huruf cetakan kurang jelas
terjadi 240 lembar. Pada gambar cetakan kurang jelas sebanyak 242 lembar. Cetakan yang kurang simetris
terjadi sebanyak 246 lembar. Adanya kerutan kertas terjadi pada 149 lembar kertas. Dan kriteria terakhir adalah
potoangan kertas kurang rapi yaitu terjadi pada
118 lembar kertas. Dibulan ini cacat produk yang terjadi kembali mengalami
sedikit penuruan dari bulan sebelumnya.
Dari hasil pengamatan selama bulan
Januari hingga Mei dapat disimpulkan perusahaan ini mengalami peningkatan dan
penurunan produksi produk cacat. Kriteria paling dominan terjadi pada kriteria warna cetakan yang
kurang cerah yaitu sebanyak 1.187 lembar. Disusul kriteria kedua tertinggi
yaitu cetakan kurang simetris sebanyak 1.182 lembar. Sedangkan yang sedikit
terjadi adalah kertas yang mengalami kerutan yaitu 681 kertas. Sementara itu,
kriteria cacat huruf cetakan kurang jelas dan gambar cetakan kurang jelas
memiliki angka yang tidak jauh berbeda yaitu 1.163 dan 1.162. Selain itu untuk
tiga kriteria terendah lainnya yaitu potongan kertas tidak rapi dan hasil
cetakan kotor yaitu sebanyak 794 dan 960 lembar.
Sistem manajemen kualitas sangat
penting untuk diterapkan. Sistem ini mengatur suatu proses produksi sehingga
mendapatkan hasil akhir dengan memiliki kualitas terbaik. Pada bulan Januari
hingga Mei perubahan angka kegagalan produksi relatif stabil. Hal ini menunjukan
bahwa, penerapan sistem manajemen kualitas belum sepenuhnya berjalan maksimal.
Dapat dilihat dari bulan januari sampai dengan Mei terdapat tujuh kriteria
cacat yang tidak mengalami penurunan yang berarti.
Menurut teori Sistem manajemen
kualitas, manajemen yang buruk berakibat fatal bagi proses produksi. Sebanyak
1.590 lembar kertas dari 48.390 kertas pada awal bulan Januari mengalami
kegagalan. Kegagalan ini merupakan yang terbesar selama 5 bulan ini. Kegagalan
ini dipicu karena belum maksimalnya penerapan manajemen kualitas perusahaan.
Manajemen kualitas perusahaan ini baru saja diterapkan sehingga pekerja masih
cukup baru dan belum terbiasa dengan keadaan yang ada.
Pendekatan ilmiah dalam sistem
manajemen kualitas yang salah menimbulkan permasalahan. Berdasarkan penerapan
Total quality management, pendekatan ilmiah sangat diperlukan dalam mendesain
pekerjaan dan dalam proses pengambilan keputusan serta pemecahan masalah. Dalam
kasus ini warna cetakan kurang cerah dan cetakan yang tidak simetris menjadi
masalah yang serius dalam produksi kertas. Kegagalan sebanyak 1.187 lembar dan 1.182 ini terus mengalami peningkatan
padahal sistem manajemen mutu telah diterapkan. Angka ini menjadikannya sebagai
kegagalan yang paling mendominasi.
Faktor penyebab tingginya kegagalan
kriteria cacat warna cetakan kurang cerah dan cetakan kurang simetris adalah
pemimpin yang tidak berkompeten. Dilihat dari teori kempemimpinan sistem
manajemen mutu, pemimpin dituntut untuk meletakan pandangannya kedepan, manajer
dituntut untuk merealisasikan visi tersebut. Memimpin berarti menciptakan
dimamika organisasi yang kondusif agar para anggota mau dan berkomitmen
terhaadap tujuan organisasi. Melakukan manajemen berarti menata, mengarahkan
serta mengendalikan para anggota secara sistematis agar tujuan tercapai. Dengan
demikian pemimpin yang baik dapat mengurangi angka kegagalan produksi.
Penerapan sistem manajemen dibulan
Febuari berhasil diterapkan. Namun pada bulan Febuari hampir semua kriteria
mengalami penurunan sehingga jumlah total kegagalan hanya sekitar 1.278 lembar
jauh dari bulan sebelumnya dan bulan – bulan berikutnya. Hal ini berarti sistem
manajemen kualitas telah berhasil menekan angka kegagalan. Dengan menekan angka
kegagalan ini produsen bisa meningkatkan penjualannya. Selain itu, produk yang
bebas cacat bawaan dari pabrik membuat konsumen merasa puas.
Berdasarkan total quality management
salah satu faktor kegagalan produk terletak pada mesinnya. Pada pembuatan
kertas ini Set-up mesin terlalu cepat. Sehingga mengakibatkan proses
penggulungan kertas tidak optimal, akibat dari kurang tepatnya set-up mesin,
khususnya pada bagian penggulung. Set-up
mesin yang dilakukan adalah 450-500 meter/menit. Hal ini akan berakibat
terjadinya cacat keriput sebanyak 681 kertas karena hal tersebut di atas dengan
semakin cepatnya mesin penggulung berputar, maka semakin tinggi pula tingkat
kerusakan atau kecacatan pada produk kertas, meskipun jumlah produk yang
dihasilkan lebih banyak.
Hal ini berlaku juga pada proses
pengeringan jika terlalu cepat mesin dijalankan maka proses pengeringan bahan
baku tidak akan maksimal dan akan berpengaruh terhadap terjadinya cacat pada
proses penggulungan. Cara pengendaliannya adalah dengan menurunkan set-up mesin
dari 450-500 meter/menit menjadi 400-450 meter/menit. Sehingga dengan set-up
mesin yang baru kejadian ini tidak terulang. Pendekatan ini berhasil dilakukan
terbukti kegagalan pada kerutan dan potongan kertas merupakan kegagalan yang
paling sediit terjadi.
Puncak kegagalan produksi yaitu pada bulan
April. Kegagalan terus meningkat dan mencapai titik puncaknya yaitu sebanyak
1.493. Kondisi ini memberi pengertian bahwa penerapan sistem manajemen kualitas
kembali mengalami penurunan. Padahal pada bulan-bulan ini seharusnya penerapan
manajemen kualitas sudah berlangsung lama. Penurunan ini menyebabkan tingkat
permintaan terhadap kertas menurun. Konsumen merasa kecewa dan tidak puas
terhadap hasil kertas yang dihasilkan perusahaan ini.
Penerapan manajemen kualitas dalam
produksi kertas memudahkan produsen mengetahui faktor penyebab kegagalan
produksi. Dalam kasus ini warna cetakan yang kurang cerah dan hasil 940 lembar
cetakan kotor disebabkan karena tinta yang digunakan tidak memenuhi standar
perusahaan. Selain karena tinta, penyebab lainya adalah karena tempat
penyimpanan kertas yang telah jadi tidak sesuai dengan suhu yang ditetapkan
perusahaan. Suhu yang seharusnya yaitu
sesuai dengan suhu kamar. Apabila terlallu tinggi, maka kertas akan memudar dan
kehilangan kecerhannya. Akibatnya sejumlah kertas gagal untuk dipasarkan.
Cara terbaik dalam memenangkan
persaingan global adalah dengan menghasilkan produk atau jasa dengan kualitas
terbaik. Karena kualitas yang baik dapat dengan mudah memenangkan persaingan.
Konsumen akan selalu terpaku terhadap suatu konsep kualitas. Dalam produksi
ini sebanyak 7.119 lembar kertas dari
227.233 kertas yang diproduksi mengalami kegagalan. Angka ini masih cukup
tinggi mengingat kualitas adalah penentu keberhasilan.
Kualitas terbaik diperoleh dari
perbaikan terus menerus, salah satunya adalah dengan menekan tingkat kecacatan
pada proses produksinya. Hal ini diharapkan akan mengurangi atau bahkan
menghilangkan kesalahan perusahaan dalam mengeluarkan produknya. Karena apabila
dilihat dari faktor internal perusahaan adanya produk cacat ini akan
mengakibatkan kerugian yang besar pada perusahaan yaitu dengan bertambahnya
ongkos produksi. Dan jika dilihat dari faktor eksternal jika suatu
perusahaan mengeluarkan produk cacat
pada konsumen maka akan mengakibatkan
kerugian berupa hilangnya kerpercayaan atau kurangnya daya beli konsumen
terhadap produk yang di produksi oleh perusahaan.
Kegagalan suatu produk dapat terjadi
karena pekerjanya yang tidak terlatih. Dalam sistem pengendalian mutu terdapat
metode yang dapat dilakukan untuk memperbaiki tingkat kegagalan suatu
produk.salah satunya adalah dengan memberikan pelatihan terhadapat pekerjanya .
Pelatihan ini berfungsi untuk meningkatkan produktivitas mereka sehingga
meminimumkan kesalahan yang terjadi pada saat mencetak kertas. Pelatihan ini
dapat dilakukan dengan mendatangkan seorang ahli yang mampu mengajar dan
menuntun para pekerja. Selain melakukan pelatihan, untuk mengurangi kegagalan
dalam produksi dapat dilakukan dengan mengadakan evaluasi dalam jangka waktu
tertentu. Hal ini bertujuan untuk menyeleksi pekerja-pekerja yang memiliki
tingkat produktivitas yang rendah sehingga dapat diketahui mana saja pekerja
yang menyebabkan kegagalan ini terjadi.
Kegagalan produksi berpengaruh
terhadap kepuasan konsumen. Berdasarkan TQM, pengendalian kualitas berati usaha
untuk memberikan kepuasan terhadap konsumen. Pengendalian kualitas manajemen
memungkinkan untuk membangun mutu di setiap langkah proses produksi demi
menghasilkan produk yang 100%bebas cacat. Berbeda dengan perusahaan yang tidak
memperhatikan pengendalian kualitas dalam produknya. Perusahaan itu akan
kesulitan bersaing karena produknya tidak memiliki nilai tambah. Bahkan produk yang dihasilkan tidak dapat dipasarkan
karena ada cacat yang terjadi.
Selain itu pengendalian mutu
memungkinkan perusahaan menemukan kesalahan atau kegagalan sebelum akhirnya
berubah menjadi musibah bagi perusahaan. Salah satunya dengan mengidentifikasi
permasalah yang terjadi seperti diagram batang seperti diatas. Pengendalian
mutu juga memungkinkan desain produk
mengikuti keinginan pelangggan secara efisien sehingga produknya selalu dibuat
sesuai dengan pilihan pelanggan.