Sunday, November 23, 2014

Penerapan Total Quality Management Pada Produksi Kertas



Penyajian dan Penganalisisan Data




Tabel 1 : Kriteria cacat kertas dari bulan Januari-Mei 2014

Tabel diatas menunjukan kriteria cacat pada produksi kertas mulai bulan Januari hingga Mei 2014. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka didapatkan jenis-jenis kegagalan yang sering terjadi dalam kurun waktu pengamatan. Kriteria tersebut dapat dikelompokkan menjadi 7 kriteria cacat yaitu hasil cetakan kotor, warna cetakan kurang cerah, huruf cetakan kurang jelas, cetakan kurang simetris, terjadi kerutan kertas dan potongan kertas tidak rapi. Dari total 227.233 lembar kertas yang diproduksi, ada 6.119 lembar kertas yang mengalami gagal produksi. Setiap bulannya  kriteria cacat yang ada mengalami penaikan dan penurunan.  Penaikan dan penurunan ini bersifat relatif stabil setiap bualannya. 

Berdasarkan data diatas pada bulan Januari dari 48.390 kertas yang diproduksi terdapat 1.590 kertas yang mengalami kerusakan atau cacat. Kriteria cacat cetakan kotor terjadi sebanyak 197 lembar. Pada warna cetakan kurang cerah terjadi sebanyak 256 lembar. Kegagalan ini merupakan yang paling dominan di bulan Januari. Selanjutnya pada huruf cetakan kurang jelas terjadi 242 lembar sedangkan gambar cetakan kurang jelas sebanyak  238 lembar. Cetakan yang kurang simetris juga menjadi masalah yaitu terjadi sebanyak 249 lembar. Kemudian ada 169 lembar kertas yang mengalami kerutan. Kriteria cacat ini merupakan yang terkecil dalam bulan ini. Dan kriteria terakhir adalah potongan kertas kurang rapi yaitu terjadi pada  239 lembar kertas.
Dibulan berikutnya tingkat kegagalan mulai menurun. Dari 42.078 lembar yang diproduksi, ada 1.278 lembar kertas gagal produksi. Pada bulan Febuari ini, Kriteria cacat cetakan kotor terjadi berkurang sehingga menjadi 170 lembar. Kesalahan lainnya juga berkurang seperti kesalahan pada warna cetakan yang kurang juga berkurang menjadi 228 lembar. Kriteria cacat seperti huruf cetakan kurang jelas dan kurang simetris tidak jauh berbeda yaitu 218 lembar dan 215 lembar. Sedangkan untuk cetakan yang kurang jelas masih cukup tinggi yaitu 221 lembar. Pada bulan febuari cacat terbanyak masih terjadi pada kriteria warna cetakan kurang cerah. Jika di bandingkan dengan data bulan januari, pada bulan Febuari semua kriteria cacat mengalami penurunan.
Pada bulan Maret kriteria cacat paling dominan terjadi pada kriteria gambar cetakan kurang jelas. Sedangkan yang paling sedikit  masih tetap seperti bulan-bulan sebelumnya yaitu kriteria kerutan kertas. Di bulan maret Kriteria cacat kembali mengalami peningkatan sehingga kriteria  cacat cetakan kotor terjadi sebanyak 173 lembar. Pada warna cetakan kurang cerah terjadi sebanyak 220 lembar. Selanjutnya pada huruf cetakan kurang jelas terjadi 225 lembar. Pada gambar cetakan kurang jelas sebanyak  231 lembar. Cetakan yang kurang simetris terjadi sebanyak 230 lembar. Adanya kerutan kertas terjadi pada 115 lembar kertas. Dan kriteria terakhir adalah potongan kertas kurang rapi yaitu terjadi pada  123 lembar kertas.  Sehingga di bulan ini ada 1.317 lembar kertas yang gagal dari 43.313 lembar.
Apabila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, bulan April  semua kriteria mengalami  peningkatan. Ada 1.496 lembar kertas yang gagal sehingga kriteria cacat  kembali didominasi oleh warna cetakan kurang cerah yaitu sebanyak 246 lembar. Sedangkan kriteria terendah masih tetap pada kerutan kertas yaitu 138 kertas. Di bulan April kriteria  cacat cetakan kotor terjadi sebanyak 204  lembar. Huruf cetakan kurang jelas terjadi 238 lembar. Pada gambar cetakan kurang jelas sebanyak  230 lembar. Cetakan yang kurang simetris terjadi sebanyak 242 lembar. Dan kriteria terakhir adalah potongan kertas kurang rapi yaitu terjadi pada  198 lembar kertas.
Di akhir penelitian pada bulan Mei dari 47.338 lembar yang diproduksi terdapat 1.438 lembar mengalami cacat produksi. Apabila dibandingkan dengan sebelumnya, tingkat kegagalan mengalami penurunan. Kriteria cacat cetakan kotor terjadi sebanyak 206  lembar. Pada warna cetakan kurang cerah terjadi sebanyak 237 lembar. Selanjutnya pada huruf cetakan kurang jelas terjadi 240 lembar. Pada gambar cetakan kurang jelas sebanyak  242 lembar. Cetakan yang kurang simetris terjadi sebanyak 246 lembar. Adanya kerutan kertas terjadi pada 149  lembar kertas. Dan kriteria terakhir adalah potoangan kertas kurang rapi yaitu terjadi pada  118 lembar kertas. Dibulan ini cacat produk yang terjadi kembali mengalami sedikit penuruan dari bulan sebelumnya.
Dari hasil pengamatan selama bulan Januari hingga Mei dapat disimpulkan perusahaan ini mengalami peningkatan dan penurunan produksi produk cacat. Kriteria paling dominan  terjadi pada kriteria warna cetakan yang kurang cerah yaitu sebanyak 1.187 lembar. Disusul kriteria kedua tertinggi yaitu cetakan kurang simetris sebanyak 1.182 lembar. Sedangkan yang sedikit terjadi adalah kertas yang mengalami kerutan yaitu 681 kertas. Sementara itu, kriteria cacat huruf cetakan kurang jelas dan gambar cetakan kurang jelas memiliki angka yang tidak jauh berbeda yaitu 1.163 dan 1.162. Selain itu untuk tiga kriteria terendah lainnya yaitu potongan kertas tidak rapi dan hasil cetakan kotor yaitu sebanyak 794 dan 960 lembar.
Sistem manajemen kualitas sangat penting untuk diterapkan. Sistem ini mengatur suatu proses produksi sehingga mendapatkan hasil akhir dengan memiliki kualitas terbaik. Pada bulan Januari hingga Mei perubahan angka kegagalan produksi relatif stabil. Hal ini menunjukan bahwa, penerapan sistem manajemen kualitas belum sepenuhnya berjalan maksimal. Dapat dilihat dari bulan januari sampai dengan Mei terdapat tujuh kriteria cacat yang tidak mengalami penurunan yang berarti.
Menurut teori Sistem manajemen kualitas, manajemen yang buruk berakibat fatal bagi proses produksi. Sebanyak 1.590 lembar kertas dari 48.390 kertas pada awal bulan Januari mengalami kegagalan. Kegagalan ini merupakan yang terbesar selama 5 bulan ini. Kegagalan ini dipicu karena belum maksimalnya penerapan manajemen kualitas perusahaan. Manajemen kualitas perusahaan ini baru saja diterapkan sehingga pekerja masih cukup baru dan belum terbiasa dengan keadaan yang ada.
Pendekatan ilmiah dalam sistem manajemen kualitas yang salah menimbulkan permasalahan. Berdasarkan penerapan Total quality management, pendekatan ilmiah sangat diperlukan dalam mendesain pekerjaan dan dalam proses pengambilan keputusan serta pemecahan masalah. Dalam kasus ini warna cetakan kurang cerah dan cetakan yang tidak simetris menjadi masalah yang serius dalam produksi kertas. Kegagalan sebanyak 1.187 lembar  dan 1.182 ini terus mengalami peningkatan padahal sistem manajemen mutu telah diterapkan. Angka ini menjadikannya sebagai kegagalan yang paling mendominasi.
Faktor penyebab tingginya kegagalan kriteria cacat warna cetakan kurang cerah dan cetakan kurang simetris adalah pemimpin yang tidak berkompeten. Dilihat dari teori kempemimpinan sistem manajemen mutu, pemimpin dituntut untuk meletakan pandangannya kedepan, manajer dituntut untuk merealisasikan visi tersebut. Memimpin berarti menciptakan dimamika organisasi yang kondusif agar para anggota mau dan berkomitmen terhaadap tujuan organisasi. Melakukan manajemen berarti menata, mengarahkan serta mengendalikan para anggota secara sistematis agar tujuan tercapai. Dengan demikian pemimpin yang baik dapat mengurangi angka kegagalan produksi.
Penerapan sistem manajemen dibulan Febuari berhasil diterapkan. Namun pada bulan Febuari hampir semua kriteria mengalami penurunan sehingga jumlah total kegagalan hanya sekitar 1.278 lembar jauh dari bulan sebelumnya dan bulan – bulan berikutnya. Hal ini berarti sistem manajemen kualitas telah berhasil menekan angka kegagalan. Dengan menekan angka kegagalan ini produsen bisa meningkatkan penjualannya. Selain itu, produk yang bebas cacat bawaan dari pabrik membuat konsumen merasa puas.
Berdasarkan total quality management salah satu faktor kegagalan produk terletak pada mesinnya. Pada pembuatan kertas ini  Set-up mesin terlalu cepat. Sehingga mengakibatkan proses penggulungan kertas tidak optimal, akibat dari kurang tepatnya set-up mesin, khususnya pada bagian penggulung.  Set-up mesin yang dilakukan adalah 450-500 meter/menit. Hal ini akan berakibat terjadinya cacat keriput sebanyak 681 kertas karena hal tersebut di atas dengan semakin cepatnya mesin penggulung berputar, maka semakin tinggi pula tingkat kerusakan atau kecacatan pada produk kertas, meskipun jumlah produk yang dihasilkan lebih banyak.
Hal ini berlaku juga pada proses pengeringan jika terlalu cepat mesin dijalankan maka proses pengeringan bahan baku tidak akan maksimal dan akan berpengaruh terhadap terjadinya cacat pada proses penggulungan. Cara pengendaliannya adalah dengan menurunkan set-up mesin dari 450-500 meter/menit menjadi 400-450 meter/menit. Sehingga dengan set-up mesin yang baru kejadian ini tidak terulang. Pendekatan ini berhasil dilakukan terbukti kegagalan pada kerutan dan potongan kertas merupakan kegagalan yang paling sediit terjadi.
Puncak kegagalan produksi yaitu pada bulan April. Kegagalan terus meningkat dan mencapai titik puncaknya yaitu sebanyak 1.493. Kondisi ini memberi pengertian bahwa penerapan sistem manajemen kualitas kembali mengalami penurunan. Padahal pada bulan-bulan ini seharusnya penerapan manajemen kualitas sudah berlangsung lama. Penurunan ini menyebabkan tingkat permintaan terhadap kertas menurun. Konsumen merasa kecewa dan tidak puas terhadap hasil kertas yang dihasilkan perusahaan ini.
Penerapan manajemen kualitas dalam produksi kertas memudahkan produsen mengetahui faktor penyebab kegagalan produksi. Dalam kasus ini warna cetakan yang kurang cerah dan hasil 940 lembar cetakan kotor disebabkan karena tinta yang digunakan tidak memenuhi standar perusahaan. Selain karena tinta, penyebab lainya adalah karena tempat penyimpanan kertas yang telah jadi tidak sesuai dengan suhu yang ditetapkan perusahaan.  Suhu yang seharusnya yaitu sesuai dengan suhu kamar. Apabila terlallu tinggi, maka kertas akan memudar dan kehilangan kecerhannya. Akibatnya sejumlah kertas gagal untuk dipasarkan.
Cara terbaik dalam memenangkan persaingan global adalah dengan menghasilkan produk atau jasa dengan kualitas terbaik. Karena kualitas yang baik dapat dengan mudah memenangkan persaingan. Konsumen akan selalu terpaku terhadap suatu konsep kualitas. Dalam produksi ini  sebanyak 7.119 lembar kertas dari 227.233 kertas yang diproduksi mengalami kegagalan. Angka ini masih cukup tinggi mengingat kualitas adalah penentu keberhasilan.
Kualitas terbaik diperoleh dari perbaikan terus menerus, salah satunya adalah dengan menekan tingkat kecacatan pada proses produksinya. Hal ini diharapkan akan mengurangi atau bahkan menghilangkan kesalahan perusahaan dalam mengeluarkan produknya. Karena apabila dilihat dari faktor internal perusahaan adanya produk cacat ini akan mengakibatkan kerugian yang besar pada perusahaan yaitu dengan bertambahnya ongkos produksi. Dan jika dilihat dari faktor eksternal jika suatu perusahaan  mengeluarkan produk cacat pada konsumen maka akan mengakibatkan  kerugian berupa hilangnya kerpercayaan atau kurangnya daya beli konsumen terhadap produk yang di produksi oleh perusahaan.
Kegagalan suatu produk dapat terjadi karena pekerjanya yang tidak terlatih. Dalam sistem pengendalian mutu terdapat metode yang dapat dilakukan untuk memperbaiki tingkat kegagalan suatu produk.salah satunya adalah dengan memberikan pelatihan terhadapat pekerjanya . Pelatihan ini berfungsi untuk meningkatkan produktivitas mereka sehingga meminimumkan kesalahan yang terjadi pada saat mencetak kertas. Pelatihan ini dapat dilakukan dengan mendatangkan seorang ahli yang mampu mengajar dan menuntun para pekerja. Selain melakukan pelatihan, untuk mengurangi kegagalan dalam produksi dapat dilakukan dengan mengadakan evaluasi dalam jangka waktu tertentu. Hal ini bertujuan untuk menyeleksi pekerja-pekerja yang memiliki tingkat produktivitas yang rendah sehingga dapat diketahui mana saja pekerja yang menyebabkan kegagalan ini terjadi.
Kegagalan produksi berpengaruh terhadap kepuasan konsumen. Berdasarkan TQM, pengendalian kualitas berati usaha untuk memberikan kepuasan terhadap konsumen. Pengendalian kualitas manajemen memungkinkan untuk membangun mutu di setiap langkah proses produksi demi menghasilkan produk yang 100%bebas cacat. Berbeda dengan perusahaan yang tidak memperhatikan pengendalian kualitas dalam produknya. Perusahaan itu akan kesulitan bersaing karena produknya tidak memiliki nilai tambah. Bahkan  produk yang dihasilkan tidak dapat dipasarkan karena ada cacat yang terjadi.
Selain itu pengendalian mutu memungkinkan perusahaan menemukan kesalahan atau kegagalan sebelum akhirnya berubah menjadi musibah bagi perusahaan. Salah satunya dengan mengidentifikasi permasalah yang terjadi seperti diagram batang seperti diatas. Pengendalian mutu  juga memungkinkan desain produk mengikuti keinginan pelangggan secara efisien sehingga produknya selalu dibuat sesuai dengan pilihan pelanggan.
 

No comments:

Post a Comment